Saat ini ikan dan produk laut lainnya merupakan sumber utama pendapatan masyarakat Maluku. Ada juga nikel, minyak, mangan, dan berbagai jenis kayu sebagai komoditas daerah.
Sejarah
Nama Maluku diperkirakan berasal dari Arab yaitu ‘Jazirat al-Muluk’, yang berarti tanah banyak raja. Hal ini dimungkinkan karena Maluku memiliki kerajaan-kerajaan seperti Ternate, Tidore, Bacan, dan lain-lain. Kora-kora, merupakan armada laut mereka yang terkenal kuat, dilengkapi dengan kano perang yang mampu menjelajahi Laut Sulawesi dan Papua saat masa keemasan mereka. Para Raja mendapatkan kekayaan mereka dari rempah-rempah, terutama cengkeh. Saat itu harga Cengkeh dan rempah-rempah sangat mahal karena kemampuannya mengawetkan makanan tidak seperti sekarang dengan adanya lemari es.
Saat itu Rempah-rempah juga digunakan sebagai obat dan Eropa tanaman ini tidak bisa tumbuh. Pengiriman rempah-rempah ke Eropa harus melewati rute yang rumit, inilah yang menyebabkan harganya menjadi sangat mahal. Kemudian bangsa-bangsa Eropa berpikir harga rempah-rempah akan lebih murah jika mereka datang langsung ketempat asalnya. Dari sinilah sebuah era kolonialismepun dimulai.
Portugis datang pertama kali tahun 1510 danmereka berusaha untuk memonopoli perdagangan di Maluku. Berikutnya Spanyol pun datang dan keduanya harus berjuang menghadapi perlawanan kerajaan Ternate dan Tidore hingga tidak lama kemudian mereka pun menyerah.
Belanda kemudian datang dengan bekal keuangan dan persenjatan yang lebih baik.Mereka juga berpengalaman dalam administrasi perdagangan dan lebih keras terhadap masyarakat Maluku. Penduduk yang menolak untuk bekerja sama di pulau Banda dibantai dengan kejam, dan sebagian dipekerjakan sebagai budak.
Selama kejatuhan VOC, Inggris kemudian memerintah di sini selama setahun tetapi hal ini menimbulkan masalah karena Inggris menyelundupkan benih dari Maluku untuk ditanam di Malaysia dan Ceylon (Sri Lanka). Akibatnya Maluku tidak lagi menjadi pusat rempah-rempah karena pencari rempah-rempah dapat menemukannya di tempat lain yang lebih dekat.
Transportasi
Pintu masuk utama ke Maluku adalah melalui Ibu Kota Provinsi Ambondengan penerbangan reguler dari sebagian besar wilayah Nusantara. Transportasi Udara dan laut menghubungkan pulau-pulau dengan 79 pelabuhan dan 25 bandara. Tersedia juga akses ke banyak pulau-pulau terpencil yang menarik untuk Anda kunjungi.
Masyarakat dan Budaya
Berdasarkan sejarahnya masyarakat Maluku sangat beragam, terdiri dari bangsa melayu, India, Arab, cina, portugis, Bugis, dan Jawa. Masyarakat Ua-ulu memilih tidak berpakaian tradisional dimana prianya dapat dikenali dengan penutup kepala merah.
Kuliner
Banyak makanan laut dapat Anda ditemukan di sini. Cobalah ikan bakar atau yang dipanggang sambil Anda nikmati pemandangan indah Maluku.
Nasi ikan (beras dan tepung ikan) juga patut Anda coba.
Apabila Anda tertarik mencoba meramu makanan sendiri maka dapat membeli bahan-bahan segar di supermarket terdekat dan toko kecil.
0 comments:
Post a Comment